Jumat, 13 Agustus 2010

. I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN

Kita membutuhkan tanah sebagai sumber kehidupan dan sebagai media tumbuhnya tanaman. Sebagai media tumbuhnya media tanaman tanah harus dapat menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Salah satu faktor yang harus ada adalah bahan organik tanah. Bahan organik tanah merupakan timbunan binatang dan jasad renik yang sebagian telah mengalami perombakan. Bahan organik ini biasanya berwarna cokelat dan bersifat koloid yang dikenal dengan humus. Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalaui suatu kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten berwarna hitam / cokelat dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi. Tanah yang mengandung banyak humus atau mengandung banyak bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau tanah-tanah top soil. Bahan organik tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu sebagai granulator yang berfungsi memperbaiki struktur tanah, penyediaan unsur hara dan sebagainya. Yang mana nantinya akan mempengaruhi seberapa jauh tanaman memberikan hasil produktifitas yang tinggi.

Berdasarkan hal inilah, maka dipandang penting untuk melaksanakan praktikum bahan organik tanah. I.2 Tujuan dan Kegunaan Tujuan praktikum bahan organik tanah adalah untuk mengetahui kandungan bahan organik tanah pada lapisan I, II, III pada tanah Alfisol, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi untuk mengetahui kandungan bahan organik dari suatu tanah sehingga kita dapat mengetahui layak atau tidaknya tanah tersebut dijadikan areal / lahan pertanian.

II. TINJAUAN PUSTAKA Bahan organik dalam tanah Alfisol merupakan fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai bahan penyusun tanah. Kadar bahan organik yang terdapat dalam tanah Alfisol berkisar antara (0,05-5) % dan merupakan tanah yang ideal untuk lahan pertanian, dan untuk tanah organik mendekati 60 % dan pada lapisan oleh kadar bahan organik memperlihatkan kecenderungan yang menurun. (Pairunan, dkk., 1985). Sumber primer bahan organik dalam tanah Alfisol adalah jaringan tanaman, berupa akar, batang, ranting, daun. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah.(Islami, T., 1995). Bahan organik dalam tanah Alfisol terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus. Lapisan I pada tanah Alfisol mempunyai humus yang terdiri dari hancuram bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang baru dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur), berwarna hitam atau cokelat yang memiliki daya menahan air dan unsur hara yang tinggi. Humus adalah senyawa kompleks yang agak resisten, oelapukan berwarna cokelat, amorfus, bersifat koloid dan berasal dari jaringan tumbuhan atau binatang yang telah dimodifikasikan atau disintesiskan oleh berbagai jasad mikro. Dalam jaringan tumbuhan terdapat pula lemak, minyak, lilin dan dammar dalam jumlah yang kecil. Jumlah dan sifat komponen-komponen organik dalam sisa-sisa tumbuhan sangat berpengaruh menentukan penimbunan bahan organik dalam tanah. Terutama

lapisan I tanah Alfisol memiliki kandungan humus yang lebih banyak sehingga kandungan bahan organiknya lebih tinggi dari lapisan dibawahnya. (Saifuddin, 1988). Senyawa organik pada tanah Alfisol umumnya ditemukan di permukaan atau pada lapisan I, tanah jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-4 %. Tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya besar sekali. Adapun pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga pada pertumbuhan tanaman adalah sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi), sumber energi yang sangat penting bagi mikroorganisme. (Hardjowigeno, 1992). Bahan organik yang terkandung di dalam tanah Alfisol lebih tinggi yang mengakibatkan tanah pada lapisan ini cenderung lebih gelap, terutama pada lapisan I, karena merupakan lapisan paling atas. Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah adalah kedalaman lapisan dimana menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas, setebal 20 cm (15-20) %, maikin ke bawah makin berkurang, contohnya pada setiap lapiasan tanah Alfisol, makin ke bawah (Lapisan III) warnanya lebih muda daripada lapisan I, dan II. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin kadar bahan organik dan N makin tinggi. Drainase buruk dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena aerasi buruk menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik. (Hakim, dkk, 1986).

III.

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum bahan organik dilaksanakan pada hari Selasa 14 November 2006, di Laboratorioum Kimia Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian dan Kehutanan. Universitas Hasanuddin, Makassar. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada praktikum bahan organik adalah timbangan, labu Erlenmeyer 250 mL, pipet tetes, gelas ukur, buret 50 mL, gelas piala Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum bahan organik tanah adalah sampel tanah kering udara (Tanah Alfisol, lapisan I, II, III), aquades, larutan H2SO4, larutan K2Cr2O7. indikator diphenilamin 1 %, kertas label. 3.3 Prosedur Kerja Prosedur kerja bahan organik tanah dilaksanakan dengan cara sebagai berikut : 1. Menimbang contoh tanah dengan neraca sebanyak 2 gr. 2. Memasukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 mL 3. Menambahkan tanah dengan 10 mL larutan K2Cr2O7 1 N, dan 10 mL H2SO4 4. Membiarkan reaksi berlangsung hingga beberapa menit atau labu Erlenmeyer menjadi dingin. 5. Menambahkan aquades 100 mL. 6. Memasukkan 2-3 tetes indikator ke dalam labu Erlenmeyer.

7. Mentitrasi larutan dalam labu Erlenmeyer dengan Amn-Fe(v)SO4 hingga terjadi perubahan warna menjadi hijau. 8. Mencatat volume titrasi Fe yang digunakan begitu pula dengan normalitasnya. 9. Menghitung % bahan organik dengan menggunakan rumus (mL B- mL t) N x 3 x 1,33 %C = Mg contoh tanah % bahan organik = % C x 1,724 Keterangan : mL B = mL Blanko mL t N = mL titrasi = Normalitas x 100 %

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Berdasarkan hasil percobaan organik tanah, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 3 : Hasil Perhitungan BO Pada Tanah Alfisol Lapisan I, II, III Lapisan I %C 0,478 % % BO 0,825 % Warna Hijau kehitaman hijau tua II 0,468 % 0,808 % Hijau kecoklatan hijau lumut III 0,662 % 1,141 % Hijau muda Sangat rendah Kriteria Sangat rendah

Rendah

kecoklatan hijau muda Sumber : Data primer yang telah diolah, 2006 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat diketahui kandungan bahan organik pada lapisan I yaitu 8,25 %, lapisan II yaitu 8,08 %, dan pada lapisan III yaitu 11,41 %. Hal ini menunjukkan lapisan III memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi.

Tanah lapisan I memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan I, II. Hal ini terjadi karena lapisan I merupakan lapisan permukaan, yang juga kandungan liat tanahnya rendah dimana pada lapisan ini tidak

terjadi proses pencucian yang dapat menyebabkan kurangnya bahan organik yang dikandung pada setiap lapisan, dan juga proses humufikasi berlangsung pada lapisan ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan (1985) bahwa kandungan bahan organik tertinggi adalah tanah berada pada lapisan I, karena adanya proses pelapukan sisa-sisa mikroorganisme yang mati dan berakumulasi dilapisan ini. Tanah lapisan II, memiliki kandungan bahan organik yaitu 8,08 % dan lebih rendah dari lapisan I. Hal ini terjadi karena pada lapisan II tidak terdapat humus, dimana humus ini merupakan polimer dari bahan organik. Lagipula lapisan II bukan merupakan lapisan permukaan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (1992), bahwa tanah yang mengandung bahan organik adalah tanah lapisan atas atau top soil, karena semakin ke bawah suatu lapisan tanah maka kandungan bahan organiknya semakin berkurang sehingga tanah menjadi keras. Lapisan III memiliki sebenarnya kandungan bahan organik lebih rendah dibandingkan lapisan I, II. Hal ini terjadi karena lapisan III merupakan lapisan paling dalam dimana semakin dalam tanah semakin kurang kandungan bahan organiknya. Hal ini juga disebabkan karena tingginya kandungan liat tanah lapisan terdalam. Karena terjadi pencucian dan akibatnya bahan organiknya kurang tersedia. Hai ini sesuai dengan pendapat Buckman dan Brady (1982), bahwa jumlah kandungan bahan organik sangat ditentukan oleh faktor kedalaman tanah dan tekstur tanah itu. Namun dalam percobaan kami tidak memperoleh hasil tersebut, justru memperlihatkan kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan I, II. Hal ini

terjadi karena adanya kemungkinan kesalahan dalam mentitrasi, dan larutan H2SO4 yang digunakan sudah tua.

V. 5.1 Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari hasil yang diperoleh pada percobaan bahan organik tanah Alfisol lapisan I, II, III, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

- Kandungan bahan organik pada lapisan I yaitu 0,825 % - Kandungan bahan organik pada lapisan II yaitu 0,808 % - Kandungan bahan organik pada lapisan III yaitu 1,141% - Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik dalam tanah adalah kedalaman lapisan tanah, iklim (suhu dan curah hujan), tekstur tanah, drainase, aerasi, aktivitas mikroorganisme, vegetasi. 5.2 Saran Sebaiknya pada tanah pertanian yang kurang subur dilakukan penambahan bahan organiknya yaitu dengan pemberian pupuk atau dengan cara menambahkan bahan hijau yang masih muda ke dalam tanah untuk memperbaiki tanah dan mempertahankan kadar bahan organik serta menaikkan kadar nitrogen tanah.

DAFTAR PUSTAKA Buckman, H. O., dan N, C Brady, 1982. Ilmu Tanah. Penerbit Bharata Karya Aksara : Jakarta. Hardjowigeno. S., 1992. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.

Hakim. N., M.Y. Nyapka, A.M Lubis, S.G Nugroho, M.R Saul, M.A Dina, G.B Hong, H.H Baile., 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung : Lampung. Islami, T., 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang Press : Semarang. Pairunan, Anna, K., Nanere, J, L., Arifin., Solo, S, R. Samosir, Romoaldus Tangkaisari, J. R Lalapia Mace, Bachrul Ibrahim., Hariadji Asnadi., 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur : Makassar. Rafidi, S., 1982, Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Institut Pertanian Bogor : Bogor. Saifuddin, S., 1988. Kimia Fisika Pertanian. CV. Buana : Bandung.

Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Persen Bahan Organik Tanah Alfisol Lapisan I, II, dan III. Perhitungan % bahan organik tanah Alfisol pada lapisan I Dik : berat tanah kering udara mL Blanco (mL B) = 2 gr = 2000 mg = 35,5

mL titrasi Normalitas Dit : % bahan organik = ….? Peny : %C =

= 11,5 = 0,1

(mL B – mL t) N x 3 x 1,33 x 100 % mg contoh tanah tanpa air (35,5 – 11,5) 0,1 x 3 x 1,33 = 2000 (24) 0,399 = 2000 % Bahan Organik = % C x 1,724 = 0,478 x 1,724 = 0,825 % x 100 % = 0,478 % x 100 %

Perhitungan % bahan organik tanah Alfisol pada lapisan II : Dik : berat tanah kering udara mL Blanco (mL B) mL titrasi Normalitas = 2 gr = 2000 mg = 35,5 = 12 = 0,1

Dit : % bahan organik = ….? Peny : %C = Mg contoh tanah tanpa air (35,5 – 12) 0,1 x 3 x 1,33 = 2000 (23,5) 0,399 = 2000 % Bahan Organik = % C x 1,724 = 0,468 x 1,724 = 0,808 % x 100 % = 0,468 % x 100 % (mL B – mL t) N x 3 x 1,33 x 100 %

Perhitungan % bahan organik tanah Alfisol pada lapisan III : Dik : berat tanah kering udara mL Blanco (mL B) mL titrasi Normalitas = 2 gr = 2000 mg = 35,5 = 2,3 = 0,1

Dit : % bahan organik = ….? Peny : %C = Mg contoh tanah tanpa air (35,5 – 2,3) 0,1 x 3 x 1,33 = 2000 (33,2) 0,399 = 2000 % Bahan Organik = % C x 1,724 = 0,662 x 1,724 = 1,141 % x 100 % = 0,662 % x 100 % (mL B – mL t) N x 3 x 1,33 x 100 %

Tidak ada komentar:

Posting Komentar